Keberhasilan program pendidikan
Nasional, akan sangat ditunjang dengan berbagai
sumber daya yang
memiliki daya saing
global dalam rangka menghadapi
tantangan - tantangan di masa
depan sebagai akibat terjadinya globalisasi
dari berbagai aspek
kehidupan, khususnya dalam dunia Pendidikan.
Menciptakan sumber daya, khususnya sumber daya manusia yang mempunyai
daya saing global,
dapat diciptakan dengan
melalui suatu proses pendidikan
yang memenuhi harapan dan
tuntutan para pengguna atau
pengelola jasa pendidikan.
Oleh karena itu,
dalam suatu proses
pendidikan agar hasilnya mampu untuk
menciptakan daya saing
global, maka para
pengelola pendidikan
selayaknya harus melakukan penyempurnaan -penyempurnaan di
dalam intern organisasinya baik
yang berkenaan dengan keadaan
sumber daya manusia
yang harus selalu
dilakukan peningkatan - peningkatan
kinerja dan pengetahuannya, program - program pembelajaran, fasilitas
(sarana dan prasarana)
pembelajaran, dan keuangan yang mampu untuk memfasilitasi persaingan
global.
Berdasarkan hal tersebut,
setiap pengelola pendidikan
perlu memperhatikan dan menempatkan standar mutu sebagai
alat untuk memperoleh manfaat terhadap
persaingan global yang
dapat memperbaiki dan menyempurnakan
kegiatan pendidikan.
A.
Pengertian
Standar Kualitas Global dan Kualitas Internasional
Kata standar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti panji – panji;
bendera (sebagai lambang); alat penopang yang berkaki (untuk menaruh bendera,
menyangga sepeda, penompang alat potret, dan sebagainya).[1]
Standar adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik
rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standardisasi nasional. Standar sekunder, tersier, cek, serta bahan standar
biasanya digunakan sebagai rujukan dalam sistem metrologi. Suatu kebiasaan, konvensi, produk perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima
umum dan bersifat dominan sering disebut sebagai "standar de facto".[2]
Adapun arti dari kata
kualitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkat baik buruknya
sesuatu; kadar; derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya);
mutu.[3]
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau
derajat sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki
kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dan lain-lain.[4]
Istilah kualitas memiliki banyak arti. Kualitas dapat berarti degree
of action, sesuai dengan requirement, keseluruhan karakteristik yang
memuaskan di dalam penggunaan suatu produk bebas dari kekurangan-kekurangan (freedom
from defect), pengertian ini dalam konteks ISO9000 berarti totalitas dan
karakteristik yang memuaskan kebutuhan. Atau dengan singkat secara operasional
berarti fitness for use. Suatu produk yang memiliki sifat-sifat yang
memuaskan pelanggan adalah suatu produk yang berkualitas. Jadi pelanggan adalah
satu-satunya yang menentukan apakah suatu produk atau servis berkualitas.
Kepuasan ini dapat dilihat secara sadar apakah produk tersebut memberikan
keuntungan atau kerugian di dalam penjualan, kekurangan market share
yang pada akhirnya menghasilkan kerugian. Inilah inti dari kualitas.[5]
Terdapat tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu: 1) Dimensi
kualitas bisnis. Artinya sejauh mana bisnis tersebut memenuhi kebutuhan
masyarakat. 2) Dimensi produk. Sejauh mana produk dan servis memenuhi pelanggan
tertentu (spesific customer). 3) Dimensi organisasi. Sejauh mana
organisasi mempunyai efisiensi secara maksimal dan efektif, mempunyai waste
yang minimum, manajemen yang efisien dan mempunyai good human relation.[6]
Menurut Joseph Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness
for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan
apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.[7]
Tokoh lain yang mengembangkan manajemen kualitas adalah Edward
Deming. Menurut Deming, meskipun kualitas mencakup kesesuaian atribut produk
dengan tuntutan konsumen, namun kualitas harus lebih dari itu.[8]
Jadi kualitas atau mutu adalah keseluruhan karakteristik yang
memuaskan dan mencakup kesesuaian atribut produk sesuai dengan apa yang
diperlukan dan diharapkan oleh konsumen/pelanggan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata global memiliki arti
secara umum dan keseluruhan; secara bulat; secara garis besar; bersangkut paut,
mengenai, meliputi seluruh dunia.[9]
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi
karena pertukaran pandangan
dunia, produk,
pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling
ketergantungan
(interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Sedangkan kata internasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki arti menyangkut bangsa atau negeri; seluruh dunia; antar bangsa.[10]
Standardisasi internasional adalah suatu kenyataan yang diperlukan
di dalam suatu sektor industri tertentu bila mayoritas barang dan jasa yang
dihasilkan harus memenuhi suatu standar yang telah dikenal. Standar seperti ini
perlu disusun dari kesepakatan-kesepakatan melalui konsensus dari semua pihak
yang berperan dalam sektor tersebut, terutama dari pihak produsen, konsumen,
dan seringkali juga pihak pemerintah. Mereka menyepakati berbagai spesifikasi
dan kriteria untuk diaplikasikan secara konsisten dalam memilih dan
mengklasifikasikan barang, sarana produksi, dan persyaratan dari jasa yang
ditawarkan.
B.
Standar
Kualitas Global dan Internasional (BS5750/ISO9000)
Perkembangan dunia dalam dekade belakangan ini telah
memasuki jaman perdagangan bebas dengan tingkat kompetisi yang semakin ketat.
Hal tersebut ditandai dengan adanya pertumbuhan pesat yang bersifat mendunia.
Arus yang sedemikian cepat ini tidak dapat dihindari, sebaliknya justru harus
dihadapi.
a.
Perkembangan Teknologi Komunikasi
Selama manusia terus mencipta, maka ia tidak akan
lepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuatu yang dibuat oleh manusia
selalu ditujukan untuk mempermudah mereka dalam menjalani kehidupannya. Oleh
karena itu sangat diperlukan teknologi. Saat ini teknologi di bidang komunikasi
sangat berkembang cepat. Jaman dahulu bila seseorang ingin berkomunikasi dengan
temannya yang berada di kota lain, maka ia harus berkirim surat yang memerlukan
waktu relatif lama, mungkin dua atau tiga hari surat itu baru diterima.
Perkembangan berikutnya, kegiatan surat menyurat berganti menjadi kegiatan
komunikasi dengan telepon kabel yang masih terbatas penggunaannya di
wilayah-wilayah tertentu. Namun, saat ini semua orang sudah dapat berkomunikasi
dimanapun, kapanpun, dengan siapapun, karena teknologi komunikasi telepon
selular yang kini sudah menerapkan teknologi 3,5 G dengan tayangan video. Kini,
berkomunikasi dengan orang yang berada di benua lain sekalipun, terasa
berbicara dekat dengannya sebagaimana berbicara face-to-face (berhadapan
langsung).
b.
Perkembangan Teknologi Informasi
Arus informasi juga berkembang pesat seiring
berkembangnya teknologi komunikasi. Misalnya, berita ditemukannya suspect flu
burung di suatu tempat. Berita ini akan cepat diterima oleh seluruh dunia dalam
waktu beberapa menit saja melalui internet. Bayangkan bila kita bisa menerima
kabar dalam waktu beberapa menit saja, maka waktu antisipasi kita atas berita
itu bisa lebih baik. Oleh karena itu, teknologi informasi terus dikembangkan
mengingat manfaatnya dalam kehidupan manusia yang tentu saja tanpa meninggalkan
nilai-nilai kehidupan itu sendiri. Bila kita perhatikan saat ini arus informasi
dalam kehidupan kita sangat deras mengalir dari media-media komunikasi yang
juga banyak bermunculan seperti televisi, radio, koran, tabloid, majalah,
telpon, internet, dan lain sebagainya. Hanya dalam hitungan detik, informasi
bisa berubah. Ini memperlihatkan bahwa betapa derasnya arus informasi hingga
terkadang tak mudah dibendung, tak terhindarkan.
c.
Peningkatan Pengetahuan
Arus informasi yang diterima oleh manusia juga
berdampak pada pengetahuannya. Bisa jadi semakin banyak menerima informasi,
maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Misalnya, begitu banyak
informasi bahwa pendidikan itu penting, maka informasi ini akan mempengaruhi
mereka yang sebelumnya tidak tahu akan pentingnya pendidikan, yang pada
akhirnya mereka akan punya niat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Contoh lain, kita bisa mengetahui bahwa telah banyak berhasil dilakukan operasi
cangkok jantung; telah berhasil seorang ibu melahirkan dengan cara berendam di
kolam air; dan sebagainya. Semua orang menjadi tahu banyak hal yang terjadi,
tidak hanya yang ada di dalam negeri tetapi juga yang terjadi di luar negeri
dan tidak hanya bidang tertentu tetapi juga berbagai macam bidang.
d.
Persaingan Bebas dan Ketat
Adanya peningkatan teknologi komunikasi dan informasi,
maka banyak orang memanfaatkannya, salah satunya untuk mempromosikan
produk-produk agar diketahui banyak orang dan dibeli banyak orang. Saat ini
begitu banyak produk, misalnya telpon seluler, ditawarkan, baik berbagai merek,
berbagai tipe, berbagai fasilitas maupun berbagai tingkat harga. Selain itu
tidak hanya produk dari satu negara, tetapi juga dari berbagai negara. Produk
elektronik, produk otomotif, produk fashion, produk layanan jasa, dan
produk-produk lainnya ditawarkan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga
regional dan internasional. Hal itu memunculkan perdagangan internasional, yang
akhirnya produk-produk tersebut harus bersaing untuk mendapatkan pasar.
Banyaknya produk tentu saja menciptakan persaingan, dan semakin banyak pilihan
menjadikan persaingan itu semakin ketat. Inilah yang terjadi dalam perdagangan
internasional, persaingan bebas dan ketat. Meningkatnya persaingan semakin
menyadarkan perusahaan akan mutu. Arti mutu yang semula bersifat netral
perlahan bergerak ke arah yang positif.
Tantangan global yang dihadapi dunia saat ini mau tak
mau menuntut persiapan diri untuk dapat bertahan, dimana standarisasi manajemen
telah menjadi perhatian utama dalam transaksi perdagangan internasional. Untuk
itu, organisasi (instansi/perusahaan) harus menyiapkan kerangka organisasinya
ke arah yang cocok sebagaimana diinginkan oleh pihak-pihak terkait di dalamnya,
seperti pelanggan, karyawan, pemegang saham dan negara. Suatu organisasi harus
sadar bagaimana cara untuk bisa bersaing di pasar global ini, ia harus mampu
mengatasi ketatnya persaingan pasar global. Kalau tidak, maka ia akan mengalami
apa yang disebut konsekuensi seleksi alam, yaitu keluar dari arena, karena
tidak ada seorangpun yang memilih produknya.
Bagi setiap
institusi, kualitas atau mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu
merupakan tugas yang paling penting. Walaupun sebagian ada yang menganggap mutu
sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap suatu hal yang
sangat membingungkan dan sulit untuk diukur.
Organisasi-organisasi terbaik, baik milik pemerintah maupun swasta,
memahami mutu dan mengetahui rahasianya. Menemukan sumber mutu adalah sebuah
petualangan yang penting. Pelaku-pelaku dunia pendidikan mengetahui keharusan
mereka untuk meraih mutu tersebut dan menyampaikannya pada pelajar dan anak
didik. Sesungguhnya, ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana
gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian
yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis, dan
komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir,
kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik,
kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Standar mutu Inggris BS5750 dan standar internasional ISO 9000,
baru-baru ini mendapatkan perhatian serius dari dunia pendidikan. Dua standar
tersebut mendapatkan perhatian yang serius terutama dari Amerika dan Eropa.
Sekitar 17.000 perusahaan di Inggris sudah terdaftar pada standar BS5750.
BS5750 dipublikasikan pertama kali pada tahun 1979 dengan nama Quality
Systems. Pada mulanya ia adalah sistem yang diterapkan Menteri Pertahanan
dan NATO, yang dikenal dengan AQAP, Allied Quality Assurance Procedures
(Prosedur Jaminan Mutu Sekutu), yang menjadi kebutuhan organisasi ini dalam
posisi mereka sebagai agen-agen belanja mereka.[11]
Dengan adanya standar-standar yang belum
diharmonisasikan terhadap teknologi yang sama dari beberapa negara atau wilayah
yang berbeda, kiranya dapat berakibat timbulnya semacam “technical barriers to
trade (TBT)” atau “hambatan teknis perdagangan”. Industri-industri pengekspor
telah lama merasakan perlunya persetujuan terhadap standar dunia yang dapat
membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut dalam proses perdagangan
internasional. Dari timbulnya permasalahan inilah awalanya organisasi ISO
didirikan
Kesepakatan diantara Negara-negara Masyarakat Ekonomi
Eropa (MEE) memunculkan sistem standar yang dikenal dengan istilah
“International Organization for Standardization” (ISO). ISO adalah organisasi
standar system kualitas di luar pemerintahan (Non-Government Organization/NGO)
yang berdiri sejak tahun 1947, yang diakui secara internasional dan saat ini
beranggotakan lebih dari 90 negara atau tidak kurang dari 140 negara termasuk
Indonesia. ISO mengawasi badan akreditasi (Acreditation Body) yang terdiri dari
NACCB (National Acreditation Council for Certification Body), RAB (Register
Acreditation Body) dan JAB (Japanesse Acreditation Body). Badan akreditasi ini
mengawasi lembaga-lembaga yang mengaudit dan memberikan sertifikat
(Sertification Body) seperti: SGS Sucofindo di Indonesia, SISIR di Singapura,
SIRIM di Malaysia, TISI di Thailand, BPS di Philipina, L’Loyd dan BSI di
Inggris dan lain sebagainya.
Banyak pihak melihat adanya suatu ketidakcocokan
antara nama lengkap “International Organization for Standardization” dengan
kependekannya ‘ISO’, dimana ‘IOS’ dianggap lebih tepat. Anggapan itu benar bila
penetapan nama didasarkan pada kependekannya. Yang sebenarnya, istilah ISO
bukan merupakan kependekan, tapi merupakan nama dari organisasi internasional
tersebut. “ISO” berasal dari Bahasa Latin (Greek) “isos” yang mempaunyai arti
“sama” (equal). Awalan kata “iso-“ juga banyak dijumpai misalnya pada kata
“isometric”, “isomer”, “isonomy”, dan sebagainya. Dari kata “sama” (equal)
menjadi “standar” inilah “ISO” dipilih sebagai nama organisasi yang mudah untuk
dipahami. ISO sebagai nama organisasi juga dalam rangka menghindari
penyingkatan kependekannya bila diterjemahkan ke dalam bahasa lain dari negara
anggota, misalnya IOS dalam bahasa Inggris, atau OIN (Organisation
Internationale de Normalisation) dalam bahasa Perancis, atau OSI (Organsiasi
Standardisasi Internasional) dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian apapun
bahasa yang digunakan, organisasi ini namanya tetap ISO.
Sejak tahun berdirinya pada tahun 1947 federasi ISO
memiliki visi untuk membuat satu standar Pemastian Mutu (Quality Assurance)
yang dikemudian hari juga dikenal dengan istilah Sistem Manajemen Mutu (Quality
Manajemen System). ISO mempunyai tiga misi utama, yaitu: mengembangkan
standar internasional, menyebarkan informasi tentang standar internasional, dan
mempromosikan implementasi standar internasional. Dengan demikian Misi dari ISO
adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-kegiatan terkait
lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk
membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai
standar internasional. Produk-produk ISO yang terkenal antara lain: ISO 9000
Series yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Mutu. ISO 14000 Series yang
memuat tentang standar Sistem Manajemen Lingkungan. ISO TS 17025 yang memuat
tentang standar Pengujian dan Kalibrasi di Laboratorium. ISO TS 16949 yang
memuat tentang standar Sistem Manajemen Mutu di industri otomotif. ISO 19011
yang memuat tentang standar Audit Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan, standar
ini digunakan untuk menggantikan ISO 10011 (Audit Sistem Manajemen Mutu) dan
ISO 14010, ISO 14011, ISO 14012 (Audit Sistem Manajemen Lingkungan).
ISO 9000 merupakan suatu seri dari International Standard for
Quality System. Sistem tersebut membuat rincian mengenai tuntunan dan dari
kombinasi untuk desain serta assesment dari sistem manajeman. Tujuannya
ialah produk dan servis yang dihasilkan memenuhi tuntutan-tuntutan yang
spesifik. Dengan definisi ini produk tidak memenuhi ISO 9000. Yang memenuhi ISO
9000 adalah organisasinya.[12]
Prinsip mutu adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini
memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu. Akan hal ini, berbagai ahli dan
organissi mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk dapat
mewujudkan mutu dalam organisasi. Ada delapan prinsip mutu berdasarkan versi
ISO, yaitu:
a.
Customer
focused Organisation
Cusomer focused organisation adalah orientasi pada pelanggan. “organisation depend on their
customer and therefore should understad current and future needs, meet customer
requirements and strive to exeed customer expectations”.[13]
Maksud dari orientasi pelanggan ini adalah organisasi tergantung pada
pelanggannya karenanya harus memahami berbagai kebutuhan pelanggan pada saat
ini dan di masa yang akan datang, kenali persyaratan/tuntutan pelanggan dan
berusaha untuk memenuhinya atau bahkan melebihi apa yang diharapkan pelanggan.
Penerapan khusus prinsip 1 (orientasi pelanggan) adalah[14]:
1)
Teliti,
pahami kebutuhan dan harapan pelanggan;
2)
Pastikan
bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan;
3)
Kemunikasikan
kebutuhan dan harapan pelanggan ke seluruh organisasi;
4)
Ukur
kepuasan pelanggan lalu ambil tindakan dari hasil pengukuran;
5)
Kelola
secara sistematis hubungan dengan pelanggan; dan
6)
Buatlah
keseimbangan pendekatan antara kepuasan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepantingan
lainnya.
b.
Leadership
Leadership
adalah prinsip kedua, yaitu kepemimpinan organisasi. “Leader establish unity
of purpose and direction of the organization. They should create and maintain
the internal environment in which people can fully involved in achieving the
organization’s objectives”.[15]
Maksudnya adalah pemimpin itu menentukan kesatuan arah dan tujuan organisasi.
Pemimpin harus menciptakan dan menjaga/memelihara lingkungan intenal dimana
orang-orang dapat terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan-tujuan
organisasi.
Penerapan khusus prinsip 2 (kepemimpinan) adalah[16]:
1)
Pertimbangkan
kebutuhan semua pihak yang berkepentingan, termasuk pelanggan;
2)
Tetapkan
dan jelaskan visi organisasi ke depan agar setiap orang mengerti tujuan;
3)
Tentukan
sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan;
4)
Ciptakan
dan sokong nilai-nilai kebersamaan, kejujuran dan model tugas yang etis pada
semua level organisasi;
5)
Lengkapi
semua orang dengan sumberdaya yang diperlukan (misalnya: pelatihan sesuai
keperluan bidang tugas), dan beri kebebasan bertindak dengan penuh tanggung
jawab; dan
6)
Beri
semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap konstribusi setiap orang.
c.
Involvement
of People
Involment of people
adalah keterlibatan orang-orang (SDM) yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan.
“People at all levels are the essense of an organization and their full
involment enables their abilities to be used for the organization’s
benefit”.[17]
Maksudnya adalah orang-orang pada semua tingkatan merupakan esensi organisasi
dan keterlibatan mereka secara penuh memungkinkan digunakannya kemampuan mereka
untuk keuntungan organisasi.
Penerapan khusus prinsp 3 (keterlibatan orang-orang) adalah[18]:
1)
Upayakan
setiap orang memahami pentingnya konstribusi dan peran mereka dalam organisasi;
2)
Uapayakn
setiap orang mengenali batasan kinerja serta lingkup tanggung jawab mereka
dalam organisasi;
3)
Upayakan
setiap orang mengetahui permasalahan kerja mereka dan termotivasi untuk
menyelesaikannya;
4)
Ajak
setiap orang aktif melihat peluang untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan
dan pengalaman mereka;
5)
Fasilitasi
agar setiap orang bebas berbagai pengetahuan/pengalaman dan berinovasi; dan
6)
Budayakan
agara setiap orang secara terbuka
mendiskusikan permasalahan.
d.
Process
Approach
Process approach,
yaitu menggunakan pendekatan proses. “A desire is achieved more efficiently
when related resources and activities are manage as a process”.[19]
Maksudnya bahwa hasil yang diinginkan dicapai secara lebih efisien manakal
sumber daya-sumber daya dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dikelola
sebagai satu proses.
Penerapan khusus prinsip 4 (pendekatan proses) adalah[20]:
1)
Secara
sistematis menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai hasil
yang diinginkan;
2)
Menganalisa
dan mengukur kapabilitas aktivitas-aktivitas kuno;
3)
Mengidentifikasi
interface aktivitas-aktivitas kunci di dalam dan di antara fungsi-fungsi
organisasi;
4)
Upayakan
agar proses lebih singkat dan efektif, tidak berbelit-belit;
5)
Menekankan
kepada faktor-faktor seperti sumberdaya, metode dan material untuk memperbaiki
aktivitas kunci pada organisasi;
6)
Mengevaluasi
resiko, konsekwensi, dan dampak aktivitas pada pelanggan/pemasok ataupun
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
e.
System
Approach to Management
System approach
to management yaitu
menggunakan pendekatan system pada manajemen. “Indentifying, understanding
and managing system of interelated process for a given objectives improve the
organization’s effectiveness and effeciency”.[21] Maksudnya
adalah pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses-proses
yang terkait untuk memberikan perbaikan-perbaikan terhadap efektivitas dan
efisiensi pada organisasi secara objektif.
Penerapan
khusus prinsip 5 (menggunakan pendekatan sistem pada manajemen) adalah[22]:
1)
Penyusunan
sistem untuk mencapai sasaran organisasi dengan lebih efektifdan efisien;
2)
Memahami
keadaan saling ketergantungan di antara proses-proses pada sistem;
3)
Pendekatan
struktur yang harmonis dan integrasi proses-proses, dengan tugas yang tidak
saling tumpang tindih;
4)
Memberi
pemahamn terbaik pada tugas-tugas/tanggung jawab yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan bersama, serta mengurangi hambatan lintas fungsional; dan
5)
Menargetkan
dan menetukan bagaimana aktivitas khusus dalam suatu sistem akan beroperasi.
f.
Continual
Improvement
Continual improvement
yaitu peningkatan/perbaikan secara berkelanjutan. “Continual improvement
should be a permanent objective of the organization”.[23]
Maksudnya adalah perbaikan secara berkelanjutan seharusnya menjadi tujuan
permanen organisai.
Penerapan khusus prinsip 6 (perbaikan secara berkelanjutan) adalah:
1)
Laksanakan
secara konsisten pendekatan organisasi untuk kontinuitas (kelangsungan)
perbaikan performansi;
2)
Sediakan
dan kirim SDM untuk pelatihan terhadap metode dan alat perbaikan berkesinambungan;
3)
Laksanakan
perbaikan yang kontinu pada produk, proses dan sasaran sistem;
4)
Tetapkan
tujuan dan sasaran sebagai pedoman, ukur pencapaian untuk perbaikan yang
berkesinambungan; dan
5)
Beri
enghargaan dan pengakuan terhadap perbaikan.
g.
Factual
Approach to Decision Making
Factual approach to decision making, yaitu menggunakan pendekatan faktual dalam perbuatan keputusan. “Effective
decisions are based on the analysis of data and information”.[24]
Maksudnya adalah bahwa keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan
informasi.
Penerapan khusus prinsip 7 (pendekatan faktual dalam pembuatan
keputusan) adalah[25]:
1)
Pastikan
bahwa data dan informasi cukup akurat dan dapat dipercaya;
2)
Sediakan
data yang dapat diakses oleh yang membutuhkan;
3)
Analisa
data dan informasi dengan menggunakan metode yang valid; dan
4)
Buat
keputusan dan ambil tindakan berdasarkan analisis faktual, seimbang dengan
pengalaman intuisi.
h.
Mutually
Beneficial Supplier Relationship
Mutually benefical supplier relationships adalah memiliki hubungan yang saling menguntungkan dengan
supllier. “An organization and its supplier are interdependent, and a
mutually benefical relationship anhance the ability of both to create value”.[26]
Maksudnya bahwa suatu organisasi dan supliernya adalah saling
berhubungan/membutuhkan, dan mempunyai kerjasama yang saling menguntungkan akan
meningkatkan kemampuan kedua belah pohak untuk menciptakan nilai keberhasilan.
Penerapan khusus prinsip 8 (hubungan yang saling menguntungkan
dengan suplier) adalah[27]:
1)
Tetapkan
hubungan yang seimbang antara keuntungan jangka pendek dengan mempertimbangkan
jangka panjang;
2)
Sinergikan
keahlian dan sumberdaya secara berpasangan dengan pemasok;
3)
Identifikasi
dan pilih pemasok-pemasok kunci;
4)
Susun
pengembangan bersama, untuk fleksibilitas dan kecepatan merespon perubahan
kebutuhan pasar; dan
5)
Berikan
semangat, dorongan dan penghargaan atas peningkatan dan prestasi pemasok.
Khusus tentang ISO 9000, ISO 9000 adalah kumpulan
standar untuk sistem manajemen mutu (SMM) atau standar sertifikasi yang
mengelola proses pencapaian kualitasdalam kaitannya dengan hubungan antara
supplier, perushaan dan konsumen. Oleh karena itu, sertifikasi ISO-9000 sama
sekali tida berbicara tentang kualitas suatu produk, tetapi berbicara tentang proses
pencapaian suatu tingkat kualitas tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa
perusahaan yang akan mengadopsi sertifikasi ISO-9000 perlu menetapkan
spesifikasi atau persyaratan atau karakteristik kualitas produk dan prosesnya.
ISO 9000
yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang
standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh
International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC)
176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen
mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna
menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan
untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994
dan tahun 2000. ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini :
a. Sertifikasi ISO-9001
ISO 9001 adalah Quality Management System, atau sistem
penjaminan mutu, yaitu mekanisme standar yang disusun, disepakati, dan
diterapkan oleh suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas suatu perusahaan.
Sistem ISO 9001 menjelaskan bagaimana perusahaan beroperasi. Bagaimana
perkerjaan mengalir dari satu aktifitas ke aktifitas lain. Penanganan pekerjaan
mulai dari customer, input ke dalam masing-masing proses, dan output yang
dihasilkan dari setiap proses. Parameter-parameter fisik dari hasil pekerjaan,
yang menentukan apakah hasil tersebut memenuhi prasayarat kualitas yang telah
ditentukan dan disepakati atau belum. Penerapan Implementasi ISO 9001 tidak
hanya sekedar copy paste prosedur yang ditetapkan, jika perusahaan ingin
mendapatkan nilai tambah dari pada system ISO 9001 maka implementasi
harus benar - benar dijalankan secara maksimal dan perlu komitmen manajemen
yang bagus. oleh karnanya tugas dari pada seorang konsultan ISO 9001
tidak hanya sekedar bisa menerapkan system ISO di perusahaan terkait namun
seorang konsultan ISO 9001 harus mampu memotivasi & berinovasi ke
perusahaan terkait sehingga manfaat ISO 9001 benar – benar bisa di rasakan
oleh seluruh karyawan & perusahaan. Yang menjadi fokus dalam Sistem
Manajemen Mutu - Quality Management System ISO 9001 adalah system manajemen
atau pengelolaan mutu, yg harus mengacu kepada standard internasional ISO 9001
yang dikeluarkan oleh badan standarisasi internasional atau International
Organization for Standardization. ISO 9001 mengatur sistem dokumentasi
organisasi terkait manajemen mutunya. Dokumen dalam system management mutu ISO
9001 biasanya berisi kebijakan mutu (Quality Policy), sasaran mutu (Quality Objectives),
dan pedoman mutu (Quality Manual). Sedangkan system manajemen mutu itu sendiri
mencakup antara lain: customer contracts, rekrutmen dan pelatihan karyawan,
desain dan pengembangan produk dan jasa, produksi dan pengiriman produk,
pemilihan pemasok (Suppliers), tanggung-jawab Manajemen, internal audit mutu,
pengukuran dan pemantauan, perbaikan berkesinambungan, dan tindakan perbaikan
dan pencegahan. Mutu, dalam System Manajemen Mutu - Quality Management System
ISO 9001, bisa mencakup kualitas produk (Q), biaya atau Cost (C), pengiriman
atau Delivey (D), keamanan / keselamatan atau safety (S) dan morale (M) atau
biasa disingkat dengan QCDSM. System Manajemen Mutu - Quality Management System
ISO 9001 menggunakan pendekatan proses (Process Approach), pendekatan system
(system approach) dan juga menggunakan pola Plan-Do-Check-Action (PDCA) -
Continual Improvement.
b. Sertifikasi ISO-9002
Sertifikasi ISO-9002, merupakan sistem manajemen
kualitas atau model jaminan kualitas dalam produksi, instalasi dan pelayanan.
Persyaratan dalam ssertifikasi ISO-9002 ini sama dengan persyaratan yang
terdapat dalam sertifikasi ISO-9001 kecuali pengendalian desain. Oleh karena
itu, sertifikasi seperti ini sangat cocok untuk perusahaan jasa yang tidak
memerlukan pengendalian desain seperti: hotel, rumah sakit, asuransi, bank,
lembaga pendidikan, maupun laboratorium pengetesan. Sertifikasi ISO-9002 ini
digunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan harus
dijamin oleh perusahaan selama produksi, instalasi dan pelayanan. Perusahaan
yang memproduksi barang tetapi produk tersebut dibuat dengan standar atau
spesifikai pihak lain, oleh karenanya penngendalian desain tidak diterapkan.
c. Sertifikasi ISO-9003
Sertifikasi ISO-9003 merupakan sertifikasi atau model
jaminan kualitas untuk inspeksi dan tes akhir. Beberapa tes persyratan yang
terdapat dalam standar ini sama dengan isi persyaratan dalam sertifikasi
ISO-9001 kecuali pengendalian desain, pembelian, pengendalian proses dan
pelayanan yang bersifat non aplicate. Sertifikasi seperti ini merupkan standar
yang kurang rinci. Standar ini dipergunakan bila kesesuaian terhadap
persyaratan yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan hanya pada
tahap inspeksi dan tes akhir. Standar ini umumnya dipakai oleh laboratorium
pengujian, pusat-pusat kalibrasi, dan distributor alat yang melakukan
pemeriksaan dan pengujian produk yang dipasok.
d.
Sertifikasi ISO-9004
Sertifikasi ISO-9004 terdiri dari delapan seri. Yaitu
ISO 9004-1 samapai dengan ISO-9004-8.
1)
Sertifikasi ISO-9004-1 1994, adalah
elemen manajemen kualitas dan sistem kualitas bagian 1 yang berisikan panduan
untuk pemilihan dan pemakaian.
2)
Sertifikasi ISO-9004-2 1991, adalah
elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 2 yang berisikan panduan
untuk pelayanan.
3)
Sertifikasi ISO-9004-3 1993, adalah
elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 3 yang berisikan panduan
untuk proses material.
4)
Sertifikasi ISO-9004-4 1993, adalah
elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 4 yang berisikan panduan
untuk perbaikan kualitas.
5)
Sertifikasi ISO-9004-5 1993, adalah
elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 5 yang berisikan panduan
untuk perencanaan kualitas.
6)
Sertifikasi ISO-9004-6 1993, adalah
elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 6 yang berisikan panduan
untuk jaminan kualitas manajemen proyek.
7)
Sertifikasi ISO-9004-7 1993, adalah
elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 7 yang berisikan panduan
untuk bentuk manajemen.
8)
Sertifikasi ISO-9004-8 1993, adalah
elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 8 yang berisikan panduan
untuk quality principle their application to management practices.
Masih banyak lagi standar yang termasuk dalam kumpulan
ISO 9000, dimana banyak juga diantaranya yang tidak menyebutkan nomor “ISO
900x” seperti di atas. Beberapa standar dalam area ISO 10000 masih dianggap
sebagai bagian dari kumpulan ISO 9000. Sebagai contoh ISO 10007:1995 yang
mendiskusikan Manajemen Konfigurasi dimana di kebanyakan organisasi menganggap
hal tersebut sebagai salah satu elemen
dari suatu sistem manajemen.
Tujuan implementasi sistem manajemen kualitas ISO-9000
yaitu untuk meningkatkan daya saing, efisiensi bisnis dan efektivitas bisnis.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem manajemen kualitas ISO-9000 lebih
menekankan konsep pengendalian sejak dini, lebih menekankan pencegahan ketidak
sesuaian daripada mengoreksi setelah terjadi ketidak-sesuaian. Logika sistem
manajemen kualitas ISO-9000 memiliki dua kutub potensi, yaitu kutub positif dan
kutub negatif. Ada beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya potensi yang
akan tergali dari implementasi ISO.
Pertama adalah Motivasi. Sertifikat sistem manajemen
kualitas ISO-9000 tidak membedakan perusahaan besar atau kecil, tidak
membedakan sistem manajemen dan menganggap bahwa semua perusahaan sama
derajadnya. Namun sertifikat tidak selamanya menjamin dan mencerminkan bahwa
sistem manajemen kualitas perusahaan selalu baik dan sesuai standar. Sertifikat
belum tentu berdampak positif bagi perusahaan, tapi bisa terjadi sebaliknya,
yaitu menjadi beban financial dan moral khususnya bagi perusahaan yang
mengimplementasikan sistem manajemen kualitas ISO-9000 dengan motivasi tidak
sehat, misal mengikuti trend dan hanya untuk mengejar prestise dan status.
Kedua adalah Komitmen. Komitmen adalah kekuatan untuk maju, kekuatan untuk
menggalang kerjasama dan partisipasi, kekuatan untuk mengubah kebiasaan dan
pola kerja yang tidak baik. Yang terakhir adalah Sumber Daya Manusia. Pembinaan
SDM sangat diperlukan. Pimpinan bertanggung jawab untuk memastikan semua
karyawan siap menghadapi konsekuensi era sistem manajemen kualitas ISO-9000.
Implementasi sertifikasi ISO-9000 pada dasarnya
mempunyai manfaat pokok antara lain: meningkatkan efisiensi kerja, efektivitas
kerja dan produktivitas, meningkatkan daya saing, adanya jaminan konsistensi
terhadap kualitas produk, meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk,
struktur kerja lebih jelas dan transparan, meningkatkan ketrampilan pegawai
karena pembinaan SDM terpogram, lingkungan kerja lebih rapih dan bersih, dan
dokumentasi lebih teliti. Manfaat tersebut merupakan akibat dari semakin
baiknya manajemen dalam perusahaan. Sertifikasi ISO-9000 tidak mensyaratkan
bentuk manajemen tertentu, yang dinilai adalah sistem yang jelas, bertanggung
jawab, konsisten dan dapat dipercaya bagaimana sistem kualitas tersebut
dikendalikan dan bagaimana komitmen mereka terhadap kualitas. Bag perusahaan
yang akan masuk dalam pasar global, perhatian terhadp faktor-faktor seperti:
harga yang kompetitif, dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen, sesuai
dengan spesifikasi, jaminan pasokan dan beberapa persyaratan lainnya baik yang
melekat pada produk maupun masalah legalisasi, dapat diantisipasi dengan
mngimplementasikan sertifikasi ISO-9000
lebih penting dari itu.
Sistem manajemen kualitas ISO 9000 memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sistem manajemen kualitas lainnya, antara lain:
ISO-9000 sangat antisipatif, ketat dalam hal prosedur dan dokumentasi,
progresif dalam audit dan tindakan koreksi serta dilengkapi dengan sertifikat,
sangat adaptif untuk diaplikasikan di berbagai macam organisasi, dan sangat
informatif, mudah dipahami dan telah dijadikan sistem manajemen kualitas
standar internasional. Namun demikian, ISO mencatat “Perhatian terhadap
sertifikasi sering kali menutupi fakta bahwa terdapat banyak sekali bagian
dalam kumpulan standar ISO 9000. Suatu organisasi akan meraup keuntungan penuh
ketika standar-standar baru diintegrasikan dengan standar-standar yang lain
sehingga seluruh bagian ISO 9000 dapat diimplementasikan. Sebagai catatan, ISO
9001, ISO 9002 dan ISO 9003 telah diintegrasikan menjadi ISO 9001. Kebanyakan,
sebuah organisasi yang mengumumkan bahwa dirinya “ISO 9000 Registered” biasanya
merujuk pada ISO 9001.
Sebuah lembaga
tentu saja dapat merencanakan sistem jaminan mutunya sendiri. BS5750/ISO9000
tidak serta merta lebih baik dari standar yang direncanakan secara internal.
Satu-satunya keuntungan BS5750/ISO9000 adalah kepemilikan mereka terhadap
validitas dan pengakuan eksternal. Banyak institusi multi-nasional yang
menentukan standar yang jauh lebih teliti dalam institusi mereka. Mislanya Ford
memiliki standar Q-101, dan Nissan memiliki Nissan Way.[28]
Apabila sistem
mutu disesuaikan dengan BS5750/ISO9000, maka seluruh aktivitas produksi barang
atau layanan memerlukan prosedur yang terdokumentasikan.[29]
Sebagai contoh, pendidikan memerlukan pendokumentasian setiap aktivitas
menyangkut penyampaian programnya, termasuk seleksi, wawancara, induksi,
disiplin, penilaian, catatan prestasi, nasihat, bimbingan, dan seterusnya.
BS5750 dan
ISO9000 menetapkan sebuah disiplin bagi mereka yang siap menggunakannya.
Melaksanakan sebuah sistem memang merupakan sebuah sistem membutuhkan investasi
sumberdaya dan waktu para staf. Setiap orang perlu memahami implikasi ssitem
tersebut dan menjalankan prosedur yang telah ditetapkan.
Berikut adalah
tabel BS5750/ISO9000, sebuah terjemahan untuk pendidikan[30].
Beberapa
syarat utama BS5750/ISO9000
|
Terjemahan
untuk
Pendidikan
|
1.
Tanggung
jawab manajemen
|
Komitmen
manajemen terhadap mutu
|
2.
Sistem
mutu
|
Sistem mutu
|
3.
Kontrak
|
Kontrak
dengan pelanggan internal dan eksternal (hak pelajara dan hak pelanggan
eksternal, seperti orang tua)
|
4.
Kontrol
Dokumen
|
Kontrol
dokumen
|
5.
Pengadaan
bahan
|
Kebijakan
seleksi/ujian masuk
|
6.
Persediaan
produk
|
Layanan
pendukung pelajar, yang mencakup kesejahteraan, konseling dan pengarahan
tutorial.
|
7.
Identifikasi
produk
|
Catatan
kemajuan pelajar
|
8.
Kontrol
proses
|
Pengembangan,
desain dan penyampaian kurikulum, strategi-strategi pengajaran dan
pembelajaran
|
9.
Inspeksi
dan Tes
|
Peniliana dan
tes
|
10.
Perlengkapan
inspeksi, pengukuran, dan tes
|
Konsistensi
metode penilaian
|
11.
Status
inspeksi dan tes
|
Prosedur dan
catatan penilaian yang mencakup catatan prestasi
|
12.
Kontrol
terhadap produk yang tidak sesuai
|
Metode dan
prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi kegagalan dan kesalahan
|
13.
Tindakan
perbaikan
|
Tindakan dan
perbaikan terhadap kegagalan pelajar. Sistem mutu untuk mengahadapi komplain
dan tuntutan
|
14.
Penanganan,
pengamanan, pengepakan dan penyampaian
|
Fasilitas dan
lingkungan fisik, bentuk tawaran lain, seperti fasilitas olah raga,
kelompok-kelompok dan perkumpulan ekstra kurikuler, persatuan pelajar,
fasilitas pembelajaran, dan lain-lain.
|
15.
Catatan
mutu
|
Catatan mutu
|
16.
Audit
mutu internal
|
Prosedur-prosedur
pengesahan dan audit mutu internal
|
17.
Pelatihan
|
Pelatihan dan
pengembangan staf, mencakup prosedur-prosedur untuk menilai kebutuhan-kebutuhan
pelatihan dan evaluasi efektivitas pelatihan.
|
18.
Teknik-teknik
statistik
|
Metode-metode
review, monitoring dan evaluasi.
|
a.
Hubungan
Standar Mutu dengan Pendidikan
Proses globalisasi nampaknya tidak dapat diabaikan oleh setiap
masyarakat dan bangsa di dunia ini. Globalisasi merupakan kenyataan hidup
bahkan suatu kesadaran baru bagi setiap manusia di bumi ini. Sebagian pakar
telah melihat betapa besar impact yang disebabkan oleh pengaruh global ini
sebagai suatu global revolution. Globalisasi telah menimbulkan gaya hidup baru
yang tampak dengan jelas di kota-kota besar dan semakin merebak memasuki
kehidupan-kehidupan yang dulunya terisolasi.
Kemajuan teknologi pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan
semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia
pendidikan. Sebagai contoh; banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan
ini melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini
terlihat pada sekolah-sekolah yang dikenal dengan bilingual school, dengan
diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai
mata ajar wajib di sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan yang mulai
dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang
membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk
menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan
globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di
pasar dunia.[31]
Mutu pendidikan yang diinginkan tidak akan terjadi begitu saja.
Mutu yang diinginkan tersebut harus direncanakan. Mutu perlu menjadi sebuah
bagian penting dalam strategi sebuah institusi dan untuk meraihnya wajib
menggunakan pendekatan yang sistematis dengan menggunakan proses perencanaan
yang matang.
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan.[32]
Manajemen
kualitas berkaitan dengan seluruh kegiatan manajemen dalam rangka mengelola
kualitas. Dalam perkembangannya dewasa ini manajemen kualitas telah banyak
diterapkan dalam seluruh aspek dari suatu organisasi, sehingga pengelolaan
kualitas bersifat total dan terpadu. Oleh karena itu, TQM (Total Quality
Management) telah menjadi sistem manajemen yang berkaitan dengan upaya
untuk terus meningkatkan kualitas dalam berbagai tahap. Agar efektif, institusi memerlukan proses untuk
mengembangkan strategi mutunya, yang mencakup misi yang jelas dan distingtif,
fokus pelanggan yang jelas, strategi untuk mencapai misi, keterlibatan seluruh
pelanggan, pemberdayaan staf, dan evaluasi efektifitas institusi dalam mencapai
tujuan. Untuk itu, ada langkah-langkah
yang dapat diikuti sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari atas.
2.
Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM.
3.
Menunjuk fasilitator mutu.
4.
Membentuk kelompok pengendali mutu.
5.
Menunjuk koordinator mutu.
6.
Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi
program.
7.
Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada.
8.
Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat
lain.
9.
Mempekerjakan konsultan eksternal.
10. Memprakarsai pelatihan mutu
bagi para staf.
11. Mengkomunikasikan pesan mutu.
12. Mengukur biaya mutu.
13. Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan
kelompok kerja yang efektif.
14. Mengevaluasi program dalam
interval yang teratur.
Sebuah
institusi dapat memutuskan untuk mengawali inisiatif TQM-nya dengan
langkah-langkah penting seperti mengetahui apa yang dikerjakan, mempertanyakan
metode dan prosedur, mendokumentasikan yang ingin dikerjakan, mengerjakan apa
yang dikatakan, dan memberikan bukti bahwa apa yang seharusnya dikerjakan sudah
dikerjakan. Sistem
jaminan mutu pendidikan harus mencakup elemen-elemen seperti pengembangan
institusi atau perencanaan strategis, kebijakan mutu, tanggung jawab manajemen, organisasi mutu, pemasaran dan
publisitas, penyelidikan dan pengakuan, induksi, penyediaan kurikulum,
bimbingan dan penyuluhan sebelum wisuda, manajemen pembelajaran, rancangan
kurikulum, rekruitmen dan pengembangan, kesempatan yang sama, pengawasan dan
evaluasi, susunan administratif, dan tinjauan ulang institusional.
Tidak ada institusi yang dapat memperoleh TQM dengan cara
yang mudah, TQM harus dibiasakan sehingga harmonis dengan kultur yang ada. Mutu
sudah ada dalam institusi pendidikan, TQM hanya membangun mutu yang sudah ada dan
mengembangkannya secara terus menerus.
[1] Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/standar, tanggal 5 Oktober 2015
[2] Wikipedia
Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Standar, tanggal 5
Oktober 2015.
[3] Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/kualitas, tanggal 5 Oktober 2015
[4] Wikipedia
Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas, tanggal 5 Oktober 2015.
[5] H.A.R Tilaar, Standarisasi
Pendidikan Nasional; Suatu Tinjauan Kritis (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) ,
hlm. 36.
[6] H.A.R Tilaar, Standarisasi
Pendidikan... , hlm. 37.
[7] Uhar
Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010),
hlm. 226
[8] Uhar
Suharsaputra, Administrasi Pendidikan..., hlm. 227.
[9] Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/global, tanggal 5
Oktober 2015.
[10] Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/internasioanl, tanggal 5 Oktober 2015
[11] Edward Sallis,
Total Quality Management in Education; Manajemen Mutu Pendidikan
(Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), hlm. 122.
[12] H.A.R Tilaar, Standarisasi
Pendidikan... , hlm. 38.
[13] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 298.
[14] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 298.
[15] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 299.
[16] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 299.
[17] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 299.
[18] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 299.
[19] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 300.
[20] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 300
[21] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 300.
[22] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 300.
[23] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 301.
[24] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan...,
hlm. 301.
[25] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 301.
[26] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 301.
[27] Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan..., hlm. 302.
[28] Edward Sallis,
Total Quality..., hlm. 123.
[29] Edward Sallis,
Total Quality..., hlm. 124.
[30] Edward Sallis,
Total Quality..., hlm. 129.
[31] Ali Idrus, Manajemen
Pendidikan Global; Visi, Aksi, dan Adaptasi (Jakarat: GP Press, 2009), hlm.
47.
[32] Rohiat, Manajemen
sekolah; Teori Dasar dan Praktik (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 52.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar