Kamis, 15 Februari 2018

STANDAR MUTU PENDIDIKAN (BS5750, ISO9000): Total Quality Manajemen



Keberhasilan  program  pendidikan  Nasional, akan  sangat  ditunjang dengan  berbagai  sumber  daya  yang  memiliki  daya  saing  global  dalam rangka  menghadapi  tantangan - tantangan  di  masa  depan  sebagai akibat terjadinya  globalisasi  dari  berbagai  aspek  kehidupan,  khususnya  dalam dunia Pendidikan.
Menciptakan sumber daya, khususnya sumber daya manusia yang  mempunyai  daya  saing  global,  dapat  diciptakan  dengan  melalui  suatu proses  pendidikan  yang  memenuhi  harapan dan  tuntutan para  pengguna atau pengelola jasa pendidikan.
Oleh  karena  itu,  dalam  suatu  proses  pendidikan  agar  hasilnya mampu  untuk  menciptakan  daya  saing  global,  maka  para  pengelola pendidikan       selayaknya       harus       melakukan       penyempurnaan -penyempurnaan   di   dalam   intern   organisasinya   baik   yang   berkenaan dengan  keadaan  sumber  daya  manusia  yang  harus  selalu  dilakukan peningkatan - peningkatan  kinerja  dan  pengetahuannya,  program - program pembelajaran,   fasilitas   (sarana   dan   prasarana)   pembelajaran, dan keuangan yang mampu untuk memfasilitasi persaingan global.
Berdasarkan   hal   tersebut,   setiap   pengelola   pendidikan   perlu memperhatikan  dan  menempatkan standar mutu  sebagai  alat  untuk  memperoleh manfaat   terhadap   persaingan   global   yang   dapat   memperbaiki   dan  menyempurnakan kegiatan pendidikan.

  
A.  Pengertian Standar Kualitas Global dan Kualitas Internasional
Kata standar dalam Kamus Besar  Bahasa Indonesia memiliki arti panji – panji; bendera (sebagai lambang); alat penopang yang berkaki (untuk menaruh bendera, menyangga sepeda, penompang alat potret, dan sebagainya).[1]
Standar adalah suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. Suatu standar primer biasanya berada dalam yurisdiksi suatu badan standardisasi nasional. Standar sekunder, tersier, cek, serta bahan standar biasanya digunakan sebagai rujukan dalam sistem metrologi. Suatu kebiasaan, konvensi, produk perusahaan, atau standar perusahaan yang telah diterima umum dan bersifat dominan sering disebut sebagai "standar de facto".[2]
Adapun arti dari kata  kualitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar; derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya); mutu.[3]
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Istilah ini banyak digunakan dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, seperti Six Sigma, TQM, Kaizen, dan lain-lain.[4]
Istilah kualitas memiliki banyak arti. Kualitas dapat berarti degree of action, sesuai dengan requirement, keseluruhan karakteristik yang memuaskan di dalam penggunaan suatu produk bebas dari kekurangan-kekurangan (freedom from defect), pengertian ini dalam konteks ISO9000 berarti totalitas dan karakteristik yang memuaskan kebutuhan. Atau dengan singkat secara operasional berarti fitness for use. Suatu produk yang memiliki sifat-sifat yang memuaskan pelanggan adalah suatu produk yang berkualitas. Jadi pelanggan adalah satu-satunya yang menentukan apakah suatu produk atau servis berkualitas. Kepuasan ini dapat dilihat secara sadar apakah produk tersebut memberikan keuntungan atau kerugian di dalam penjualan, kekurangan market share yang pada akhirnya menghasilkan kerugian. Inilah inti dari kualitas.[5]
Terdapat tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu: 1) Dimensi kualitas bisnis. Artinya sejauh mana bisnis tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat. 2) Dimensi produk. Sejauh mana produk dan servis memenuhi pelanggan tertentu (spesific customer). 3) Dimensi organisasi. Sejauh mana organisasi mempunyai efisiensi secara maksimal dan efektif, mempunyai waste yang minimum, manajemen yang efisien dan mempunyai good human relation.[6]
Menurut Joseph Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.[7]
Tokoh lain yang mengembangkan manajemen kualitas adalah Edward Deming. Menurut Deming, meskipun kualitas mencakup kesesuaian atribut produk dengan tuntutan konsumen, namun kualitas harus lebih dari itu.[8]
Jadi kualitas atau mutu adalah keseluruhan karakteristik yang memuaskan dan mencakup kesesuaian atribut produk sesuai dengan apa yang diperlukan dan diharapkan oleh konsumen/pelanggan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata global memiliki arti secara umum dan keseluruhan; secara bulat; secara garis besar; bersangkut paut, mengenai, meliputi seluruh dunia.[9]
Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.
Sedangkan kata internasional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti menyangkut bangsa atau negeri; seluruh dunia; antar bangsa.[10]
Standardisasi internasional adalah suatu kenyataan yang diperlukan di dalam suatu sektor industri tertentu bila mayoritas barang dan jasa yang dihasilkan harus memenuhi suatu standar yang telah dikenal. Standar seperti ini perlu disusun dari kesepakatan-kesepakatan melalui konsensus dari semua pihak yang berperan dalam sektor tersebut, terutama dari pihak produsen, konsumen, dan seringkali juga pihak pemerintah. Mereka menyepakati berbagai spesifikasi dan kriteria untuk diaplikasikan secara konsisten dalam memilih dan mengklasifikasikan barang, sarana produksi, dan persyaratan dari jasa yang ditawarkan.

B.  Standar Kualitas Global dan Internasional (BS5750/ISO9000)
Perkembangan dunia dalam dekade belakangan ini telah memasuki jaman perdagangan bebas dengan tingkat kompetisi yang semakin ketat. Hal tersebut ditandai dengan adanya pertumbuhan pesat yang bersifat mendunia. Arus yang sedemikian cepat ini tidak dapat dihindari, sebaliknya justru harus dihadapi.
a.              Perkembangan Teknologi Komunikasi
Selama manusia terus mencipta, maka ia tidak akan lepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuatu yang dibuat oleh manusia selalu ditujukan untuk mempermudah mereka dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu sangat diperlukan teknologi. Saat ini teknologi di bidang komunikasi sangat berkembang cepat. Jaman dahulu bila seseorang ingin berkomunikasi dengan temannya yang berada di kota lain, maka ia harus berkirim surat yang memerlukan waktu relatif lama, mungkin dua atau tiga hari surat itu baru diterima. Perkembangan berikutnya, kegiatan surat menyurat berganti menjadi kegiatan komunikasi dengan telepon kabel yang masih terbatas penggunaannya di wilayah-wilayah tertentu. Namun, saat ini semua orang sudah dapat berkomunikasi dimanapun, kapanpun, dengan siapapun, karena teknologi komunikasi telepon selular yang kini sudah menerapkan teknologi 3,5 G dengan tayangan video. Kini, berkomunikasi dengan orang yang berada di benua lain sekalipun, terasa berbicara dekat dengannya sebagaimana berbicara face-to-face (berhadapan langsung).
b.              Perkembangan Teknologi Informasi
Arus informasi juga berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi komunikasi. Misalnya, berita ditemukannya suspect flu burung di suatu tempat. Berita ini akan cepat diterima oleh seluruh dunia dalam waktu beberapa menit saja melalui internet. Bayangkan bila kita bisa menerima kabar dalam waktu beberapa menit saja, maka waktu antisipasi kita atas berita itu bisa lebih baik. Oleh karena itu, teknologi informasi terus dikembangkan mengingat manfaatnya dalam kehidupan manusia yang tentu saja tanpa meninggalkan nilai-nilai kehidupan itu sendiri. Bila kita perhatikan saat ini arus informasi dalam kehidupan kita sangat deras mengalir dari media-media komunikasi yang juga banyak bermunculan seperti televisi, radio, koran, tabloid, majalah, telpon, internet, dan lain sebagainya. Hanya dalam hitungan detik, informasi bisa berubah. Ini memperlihatkan bahwa betapa derasnya arus informasi hingga terkadang tak mudah dibendung, tak terhindarkan.
c.              Peningkatan Pengetahuan
Arus informasi yang diterima oleh manusia juga berdampak pada pengetahuannya. Bisa jadi semakin banyak menerima informasi, maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Misalnya, begitu banyak informasi bahwa pendidikan itu penting, maka informasi ini akan mempengaruhi mereka yang sebelumnya tidak tahu akan pentingnya pendidikan, yang pada akhirnya mereka akan punya niat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Contoh lain, kita bisa mengetahui bahwa telah banyak berhasil dilakukan operasi cangkok jantung; telah berhasil seorang ibu melahirkan dengan cara berendam di kolam air; dan sebagainya. Semua orang menjadi tahu banyak hal yang terjadi, tidak hanya yang ada di dalam negeri tetapi juga yang terjadi di luar negeri dan tidak hanya bidang tertentu tetapi juga berbagai macam bidang.
d.             Persaingan Bebas dan Ketat
Adanya peningkatan teknologi komunikasi dan informasi, maka banyak orang memanfaatkannya, salah satunya untuk mempromosikan produk-produk agar diketahui banyak orang dan dibeli banyak orang. Saat ini begitu banyak produk, misalnya telpon seluler, ditawarkan, baik berbagai merek, berbagai tipe, berbagai fasilitas maupun berbagai tingkat harga. Selain itu tidak hanya produk dari satu negara, tetapi juga dari berbagai negara. Produk elektronik, produk otomotif, produk fashion, produk layanan jasa, dan produk-produk lainnya ditawarkan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga regional dan internasional. Hal itu memunculkan perdagangan internasional, yang akhirnya produk-produk tersebut harus bersaing untuk mendapatkan pasar. Banyaknya produk tentu saja menciptakan persaingan, dan semakin banyak pilihan menjadikan persaingan itu semakin ketat. Inilah yang terjadi dalam perdagangan internasional, persaingan bebas dan ketat. Meningkatnya persaingan semakin menyadarkan perusahaan akan mutu. Arti mutu yang semula bersifat netral perlahan bergerak ke arah yang positif.
Tantangan global yang dihadapi dunia saat ini mau tak mau menuntut persiapan diri untuk dapat bertahan, dimana standarisasi manajemen telah menjadi perhatian utama dalam transaksi perdagangan internasional. Untuk itu, organisasi (instansi/perusahaan) harus menyiapkan kerangka organisasinya ke arah yang cocok sebagaimana diinginkan oleh pihak-pihak terkait di dalamnya, seperti pelanggan, karyawan, pemegang saham dan negara. Suatu organisasi harus sadar bagaimana cara untuk bisa bersaing di pasar global ini, ia harus mampu mengatasi ketatnya persaingan pasar global. Kalau tidak, maka ia akan mengalami apa yang disebut konsekuensi seleksi alam, yaitu keluar dari arena, karena tidak ada seorangpun yang memilih produknya.
Bagi setiap institusi, kualitas atau mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun sebagian ada yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap suatu hal yang sangat membingungkan dan sulit untuk diukur.
Organisasi-organisasi terbaik, baik milik pemerintah maupun swasta, memahami mutu dan mengetahui rahasianya. Menemukan sumber mutu adalah sebuah petualangan yang penting. Pelaku-pelaku dunia pendidikan mengetahui keharusan mereka untuk meraih mutu tersebut dan menyampaikannya pada pelajar dan anak didik. Sesungguhnya, ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis, dan komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Standar mutu Inggris BS5750 dan standar internasional ISO 9000, baru-baru ini mendapatkan perhatian serius dari dunia pendidikan. Dua standar tersebut mendapatkan perhatian yang serius terutama dari Amerika dan Eropa. Sekitar 17.000 perusahaan di Inggris sudah terdaftar pada standar BS5750.
BS5750 dipublikasikan pertama kali pada tahun 1979 dengan nama Quality Systems. Pada mulanya ia adalah sistem yang diterapkan Menteri Pertahanan dan NATO, yang dikenal dengan AQAP, Allied Quality Assurance Procedures (Prosedur Jaminan Mutu Sekutu), yang menjadi kebutuhan organisasi ini dalam posisi mereka sebagai agen-agen belanja mereka.[11]
Dengan adanya standar-standar yang belum diharmonisasikan terhadap teknologi yang sama dari beberapa negara atau wilayah yang berbeda, kiranya dapat berakibat timbulnya semacam “technical barriers to trade (TBT)” atau “hambatan teknis perdagangan”. Industri-industri pengekspor telah lama merasakan perlunya persetujuan terhadap standar dunia yang dapat membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut dalam proses perdagangan internasional. Dari timbulnya permasalahan inilah awalanya organisasi ISO didirikan
Kesepakatan diantara Negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)  memunculkan sistem standar yang dikenal dengan istilah “International Organization for Standardization” (ISO). ISO adalah organisasi standar system kualitas di luar pemerintahan (Non-Government Organization/NGO) yang berdiri sejak tahun 1947, yang diakui secara internasional dan saat ini beranggotakan lebih dari 90 negara atau tidak kurang dari 140 negara termasuk Indonesia. ISO mengawasi badan akreditasi (Acreditation Body) yang terdiri dari NACCB (National Acreditation Council for Certification Body), RAB (Register Acreditation Body) dan JAB (Japanesse Acreditation Body). Badan akreditasi ini mengawasi lembaga-lembaga yang mengaudit dan memberikan sertifikat (Sertification Body) seperti: SGS Sucofindo di Indonesia, SISIR di Singapura, SIRIM di Malaysia, TISI di Thailand, BPS di Philipina, L’Loyd dan BSI di Inggris dan lain sebagainya.
Banyak pihak melihat adanya suatu ketidakcocokan antara nama lengkap “International Organization for Standardization” dengan kependekannya ‘ISO’, dimana ‘IOS’ dianggap lebih tepat. Anggapan itu benar bila penetapan nama didasarkan pada kependekannya. Yang sebenarnya, istilah ISO bukan merupakan kependekan, tapi merupakan nama dari organisasi internasional tersebut. “ISO” berasal dari Bahasa Latin (Greek) “isos” yang mempaunyai arti “sama” (equal). Awalan kata “iso-“ juga banyak dijumpai misalnya pada kata “isometric”, “isomer”, “isonomy”, dan sebagainya. Dari kata “sama” (equal) menjadi “standar” inilah “ISO” dipilih sebagai nama organisasi yang mudah untuk dipahami. ISO sebagai nama organisasi juga dalam rangka menghindari penyingkatan kependekannya bila diterjemahkan ke dalam bahasa lain dari negara anggota, misalnya IOS dalam bahasa Inggris, atau OIN (Organisation Internationale de Normalisation) dalam bahasa Perancis, atau OSI (Organsiasi Standardisasi Internasional) dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian apapun bahasa yang digunakan, organisasi ini namanya tetap ISO.
Sejak tahun berdirinya pada tahun 1947 federasi ISO memiliki visi untuk membuat satu standar Pemastian Mutu (Quality Assurance) yang dikemudian hari juga dikenal dengan istilah Sistem Manajemen Mutu (Quality Manajemen System). ISO mempunyai tiga misi utama, yaitu: mengembangkan standar internasional, menyebarkan informasi tentang standar internasional, dan mempromosikan implementasi standar internasional. Dengan demikian Misi dari ISO adalah untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan-kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional, dan juga untuk membantu pengembangan kerjasama secara global di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pokok ISO adalah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional. Produk-produk ISO yang terkenal antara lain: ISO 9000 Series yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Mutu. ISO 14000 Series yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Lingkungan. ISO TS 17025 yang memuat tentang standar Pengujian dan Kalibrasi di Laboratorium. ISO TS 16949 yang memuat tentang standar Sistem Manajemen Mutu di industri otomotif. ISO 19011 yang memuat tentang standar Audit Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan, standar ini digunakan untuk menggantikan ISO 10011 (Audit Sistem Manajemen Mutu) dan ISO 14010, ISO 14011, ISO 14012 (Audit Sistem Manajemen Lingkungan).
ISO 9000 merupakan suatu seri dari International Standard for Quality System. Sistem tersebut membuat rincian mengenai tuntunan dan dari kombinasi untuk desain serta assesment dari sistem manajeman. Tujuannya ialah produk dan servis yang dihasilkan memenuhi tuntutan-tuntutan yang spesifik. Dengan definisi ini produk tidak memenuhi ISO 9000. Yang memenuhi ISO 9000 adalah organisasinya.[12]
Prinsip mutu adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu. Akan hal ini, berbagai ahli dan organissi mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk dapat mewujudkan mutu dalam organisasi. Ada delapan prinsip mutu berdasarkan versi ISO, yaitu:
a.         Customer focused Organisation
Cusomer focused organisation adalah orientasi pada pelanggan. “organisation depend on their customer and therefore should understad current and future needs, meet customer requirements and strive to exeed customer expectations”.[13] Maksud dari orientasi pelanggan ini adalah organisasi tergantung pada pelanggannya karenanya harus memahami berbagai kebutuhan pelanggan pada saat ini dan di masa yang akan datang, kenali persyaratan/tuntutan pelanggan dan berusaha untuk memenuhinya atau bahkan melebihi apa yang diharapkan pelanggan.
Penerapan khusus prinsip 1 (orientasi pelanggan) adalah[14]:
1)   Teliti, pahami kebutuhan dan harapan pelanggan;
2)   Pastikan bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan;
3)   Kemunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan ke seluruh organisasi;
4)   Ukur kepuasan pelanggan lalu ambil tindakan dari hasil pengukuran;
5)   Kelola secara sistematis hubungan dengan pelanggan; dan
6)   Buatlah keseimbangan pendekatan antara kepuasan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepantingan lainnya.

b.        Leadership
Leadership adalah prinsip kedua, yaitu kepemimpinan organisasi. “Leader establish unity of purpose and direction of the organization. They should create and maintain the internal environment in which people can fully involved in achieving the organization’s objectives”.[15] Maksudnya adalah pemimpin itu menentukan kesatuan arah dan tujuan organisasi. Pemimpin harus menciptakan dan menjaga/memelihara lingkungan intenal dimana orang-orang dapat terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Penerapan khusus prinsip 2 (kepemimpinan) adalah[16]:
1)   Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan, termasuk pelanggan;
2)   Tetapkan dan jelaskan visi organisasi ke depan agar setiap orang mengerti tujuan;
3)   Tentukan sasaran dan target yang menantang dan sosialisasikan;
4)   Ciptakan dan sokong nilai-nilai kebersamaan, kejujuran dan model tugas yang etis pada semua level organisasi;
5)   Lengkapi semua orang dengan sumberdaya yang diperlukan (misalnya: pelatihan sesuai keperluan bidang tugas), dan beri kebebasan bertindak dengan penuh tanggung jawab; dan
6)   Beri semangat kebesaran hati dan pengakuan terhadap konstribusi setiap orang.
c.         Involvement of People
Involment of people adalah keterlibatan orang-orang (SDM) yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan. “People at all levels are the essense of an organization and their full involment enables their abilities to be used for the organization’s benefit”.[17] Maksudnya adalah orang-orang pada semua tingkatan merupakan esensi organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh memungkinkan digunakannya kemampuan mereka untuk keuntungan organisasi.
Penerapan khusus prinsp 3 (keterlibatan orang-orang) adalah[18]:
1)      Upayakan setiap orang memahami pentingnya konstribusi dan peran mereka dalam organisasi;
2)      Uapayakn setiap orang mengenali batasan kinerja serta lingkup tanggung jawab mereka dalam organisasi;
3)      Upayakan setiap orang mengetahui permasalahan kerja mereka dan termotivasi untuk menyelesaikannya;
4)      Ajak setiap orang aktif melihat peluang untuk meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan pengalaman mereka;
5)      Fasilitasi agar setiap orang bebas berbagai pengetahuan/pengalaman dan berinovasi; dan
6)      Budayakan agara setiap  orang secara terbuka mendiskusikan permasalahan.
d.        Process Approach
Process approach, yaitu menggunakan pendekatan proses. “A desire is achieved more efficiently when related resources and activities are manage as a process”.[19] Maksudnya bahwa hasil yang diinginkan dicapai secara lebih efisien manakal sumber daya-sumber daya dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dikelola sebagai satu proses.
Penerapan khusus prinsip 4 (pendekatan proses) adalah[20]:
1)      Secara sistematis menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan;
2)      Menganalisa dan mengukur kapabilitas aktivitas-aktivitas kuno;
3)      Mengidentifikasi interface aktivitas-aktivitas kunci di dalam dan di antara fungsi-fungsi organisasi;
4)      Upayakan agar proses lebih singkat dan efektif, tidak berbelit-belit;
5)      Menekankan kepada faktor-faktor seperti sumberdaya, metode dan material untuk memperbaiki aktivitas kunci pada organisasi;
6)      Mengevaluasi resiko, konsekwensi, dan dampak aktivitas pada pelanggan/pemasok ataupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

e.         System Approach to Management
System approach to management yaitu menggunakan pendekatan system pada manajemen. “Indentifying, understanding and managing system of interelated process for a given objectives improve the organization’s effectiveness and effeciency”.[21] Maksudnya adalah pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses-proses yang terkait untuk memberikan perbaikan-perbaikan terhadap efektivitas dan efisiensi pada organisasi secara objektif.
Penerapan khusus prinsip 5 (menggunakan pendekatan sistem pada manajemen) adalah[22]:
1)      Penyusunan sistem untuk mencapai sasaran organisasi dengan lebih efektifdan efisien;
2)      Memahami keadaan saling ketergantungan di antara proses-proses pada sistem;
3)      Pendekatan struktur yang harmonis dan integrasi proses-proses, dengan tugas yang tidak saling tumpang tindih;
4)      Memberi pemahamn terbaik pada tugas-tugas/tanggung jawab yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama, serta mengurangi hambatan lintas fungsional; dan
5)      Menargetkan dan menetukan bagaimana aktivitas khusus dalam suatu sistem akan beroperasi.
f.         Continual Improvement
Continual improvement yaitu peningkatan/perbaikan secara berkelanjutan. “Continual improvement should be a permanent objective of the organization”.[23] Maksudnya adalah perbaikan secara berkelanjutan seharusnya menjadi tujuan permanen organisai.
Penerapan khusus prinsip 6 (perbaikan secara berkelanjutan) adalah:
1)      Laksanakan secara konsisten pendekatan organisasi untuk kontinuitas (kelangsungan) perbaikan performansi;
2)      Sediakan dan kirim SDM untuk pelatihan terhadap metode dan alat perbaikan berkesinambungan;
3)      Laksanakan perbaikan yang kontinu pada produk, proses dan sasaran sistem;
4)      Tetapkan tujuan dan sasaran sebagai pedoman, ukur pencapaian untuk perbaikan yang berkesinambungan; dan
5)      Beri enghargaan dan pengakuan terhadap perbaikan.

g.        Factual Approach to Decision Making
Factual approach to decision making, yaitu menggunakan pendekatan faktual dalam perbuatan keputusan. “Effective decisions are based on the analysis of data and information”.[24] Maksudnya adalah bahwa keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi.
Penerapan khusus prinsip 7 (pendekatan faktual dalam pembuatan keputusan) adalah[25]:
1)      Pastikan bahwa data dan informasi cukup akurat dan dapat dipercaya;
2)      Sediakan data yang dapat diakses oleh yang membutuhkan;
3)      Analisa data dan informasi dengan menggunakan metode yang valid; dan
4)      Buat keputusan dan ambil tindakan berdasarkan analisis faktual, seimbang dengan pengalaman intuisi.

h.        Mutually Beneficial Supplier Relationship
Mutually benefical supplier relationships adalah memiliki hubungan yang saling menguntungkan dengan supllier. “An organization and its supplier are interdependent, and a mutually benefical relationship anhance the ability of both to create value”.[26] Maksudnya bahwa suatu organisasi dan supliernya adalah saling berhubungan/membutuhkan, dan mempunyai kerjasama yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan kedua belah pohak untuk menciptakan nilai keberhasilan.
Penerapan khusus prinsip 8 (hubungan yang saling menguntungkan dengan suplier) adalah[27]:
1)      Tetapkan hubungan yang seimbang antara keuntungan jangka pendek dengan mempertimbangkan jangka panjang;
2)      Sinergikan keahlian dan sumberdaya secara berpasangan dengan pemasok;
3)      Identifikasi dan pilih pemasok-pemasok kunci;
4)      Susun pengembangan bersama, untuk fleksibilitas dan kecepatan merespon perubahan kebutuhan pasar; dan
5)      Berikan semangat, dorongan dan penghargaan atas peningkatan dan prestasi pemasok.
       Khusus tentang ISO 9000, ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM) atau standar sertifikasi yang mengelola proses pencapaian kualitasdalam kaitannya dengan hubungan antara supplier, perushaan dan konsumen. Oleh karena itu, sertifikasi ISO-9000 sama sekali tida berbicara tentang kualitas suatu produk, tetapi berbicara tentang proses pencapaian suatu tingkat kualitas tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa perusahaan yang akan mengadopsi sertifikasi ISO-9000 perlu menetapkan spesifikasi atau persyaratan atau karakteristik kualitas produk dan prosesnya.
ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000. ISO 9000 mencakup standar-standar di bawah ini :
a. Sertifikasi ISO-9001
ISO 9001 adalah Quality Management System, atau sistem penjaminan mutu, yaitu mekanisme standar yang disusun, disepakati, dan diterapkan oleh suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas suatu perusahaan. Sistem ISO 9001  menjelaskan bagaimana perusahaan beroperasi. Bagaimana perkerjaan mengalir dari satu aktifitas ke aktifitas lain. Penanganan pekerjaan mulai dari customer, input ke dalam masing-masing proses, dan output yang dihasilkan dari setiap proses. Parameter-parameter fisik dari hasil pekerjaan, yang menentukan apakah hasil tersebut memenuhi prasayarat kualitas yang telah ditentukan dan disepakati atau belum. Penerapan Implementasi ISO 9001 tidak hanya sekedar copy paste prosedur yang ditetapkan, jika perusahaan ingin mendapatkan nilai tambah dari pada system ISO 9001  maka implementasi harus benar - benar dijalankan secara maksimal dan perlu komitmen manajemen yang bagus. oleh karnanya tugas dari pada seorang konsultan ISO 9001  tidak hanya sekedar bisa menerapkan system ISO di perusahaan terkait namun seorang konsultan ISO 9001  harus mampu memotivasi & berinovasi ke perusahaan terkait sehingga manfaat ISO 9001 benar – benar  bisa di rasakan oleh seluruh karyawan & perusahaan.  Yang menjadi fokus dalam Sistem Manajemen Mutu - Quality Management System ISO 9001 adalah system manajemen atau pengelolaan mutu, yg harus mengacu kepada standard internasional ISO 9001 yang dikeluarkan oleh badan standarisasi internasional atau International Organization for Standardization.  ISO 9001 mengatur sistem dokumentasi organisasi terkait manajemen mutunya. Dokumen dalam system management mutu ISO 9001 biasanya berisi kebijakan mutu (Quality Policy), sasaran mutu (Quality Objectives), dan pedoman mutu (Quality Manual). Sedangkan system manajemen mutu itu sendiri mencakup antara lain: customer contracts, rekrutmen dan pelatihan karyawan, desain dan pengembangan produk dan jasa, produksi dan pengiriman produk, pemilihan pemasok (Suppliers), tanggung-jawab Manajemen, internal audit mutu, pengukuran dan pemantauan, perbaikan berkesinambungan, dan tindakan perbaikan dan pencegahan. Mutu, dalam System Manajemen Mutu - Quality Management System ISO 9001, bisa mencakup kualitas produk (Q), biaya atau Cost (C), pengiriman atau Delivey (D), keamanan / keselamatan atau safety (S) dan morale (M) atau biasa disingkat dengan QCDSM. System Manajemen Mutu - Quality Management System ISO 9001 menggunakan pendekatan proses (Process Approach), pendekatan system (system approach) dan juga menggunakan pola Plan-Do-Check-Action (PDCA) - Continual Improvement.

b. Sertifikasi ISO-9002
Sertifikasi ISO-9002, merupakan sistem manajemen kualitas atau model jaminan kualitas dalam produksi, instalasi dan pelayanan. Persyaratan dalam ssertifikasi ISO-9002 ini sama dengan persyaratan yang terdapat dalam sertifikasi ISO-9001 kecuali pengendalian desain. Oleh karena itu, sertifikasi seperti ini sangat cocok untuk perusahaan jasa yang tidak memerlukan pengendalian desain seperti: hotel, rumah sakit, asuransi, bank, lembaga pendidikan, maupun laboratorium pengetesan. Sertifikasi ISO-9002 ini digunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan selama produksi, instalasi dan pelayanan. Perusahaan yang memproduksi barang tetapi produk tersebut dibuat dengan standar atau spesifikai pihak lain, oleh karenanya penngendalian desain tidak diterapkan.

c. Sertifikasi ISO-9003
Sertifikasi ISO-9003 merupakan sertifikasi atau model jaminan kualitas untuk inspeksi dan tes akhir. Beberapa tes persyratan yang terdapat dalam standar ini sama dengan isi persyaratan dalam sertifikasi ISO-9001 kecuali pengendalian desain, pembelian, pengendalian proses dan pelayanan yang bersifat non aplicate. Sertifikasi seperti ini merupkan standar yang kurang rinci. Standar ini dipergunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan hanya pada tahap inspeksi dan tes akhir. Standar ini umumnya dipakai oleh laboratorium pengujian, pusat-pusat kalibrasi, dan distributor alat yang melakukan pemeriksaan dan pengujian produk yang dipasok.

d.      Sertifikasi ISO-9004
Sertifikasi ISO-9004 terdiri dari delapan seri. Yaitu ISO 9004-1 samapai dengan ISO-9004-8.
1)   Sertifikasi ISO-9004-1 1994, adalah elemen manajemen kualitas dan sistem kualitas bagian 1 yang berisikan panduan untuk pemilihan dan pemakaian.
2)   Sertifikasi ISO-9004-2 1991, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 2 yang berisikan panduan untuk pelayanan.
3)   Sertifikasi ISO-9004-3 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 3 yang berisikan panduan untuk proses material.
4)   Sertifikasi ISO-9004-4 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 4 yang berisikan panduan untuk perbaikan kualitas.
5)   Sertifikasi ISO-9004-5 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 5 yang berisikan panduan untuk perencanaan kualitas.
6)   Sertifikasi ISO-9004-6 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 6 yang berisikan panduan untuk jaminan kualitas manajemen proyek.
7)   Sertifikasi ISO-9004-7 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 7 yang berisikan panduan untuk bentuk manajemen.
8)   Sertifikasi ISO-9004-8 1993, adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan kualitas bagian 8 yang berisikan panduan untuk quality principle their application to management practices.
Masih banyak lagi standar yang termasuk dalam kumpulan ISO 9000, dimana banyak juga diantaranya yang tidak menyebutkan nomor “ISO 900x” seperti di atas. Beberapa standar dalam area ISO 10000 masih dianggap sebagai bagian dari kumpulan ISO 9000. Sebagai contoh ISO 10007:1995 yang mendiskusikan Manajemen Konfigurasi dimana di kebanyakan organisasi menganggap hal tersebut sebagai salah satu  elemen dari suatu sistem manajemen.
Tujuan implementasi sistem manajemen kualitas ISO-9000 yaitu untuk meningkatkan daya saing, efisiensi bisnis dan efektivitas bisnis. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem manajemen kualitas ISO-9000 lebih menekankan konsep pengendalian sejak dini, lebih menekankan pencegahan ketidak sesuaian daripada mengoreksi setelah terjadi ketidak-sesuaian. Logika sistem manajemen kualitas ISO-9000 memiliki dua kutub potensi, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Ada beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya potensi yang akan tergali dari implementasi ISO.
Pertama adalah Motivasi. Sertifikat sistem manajemen kualitas ISO-9000 tidak membedakan perusahaan besar atau kecil, tidak membedakan sistem manajemen dan menganggap bahwa semua perusahaan sama derajadnya. Namun sertifikat tidak selamanya menjamin dan mencerminkan bahwa sistem manajemen kualitas perusahaan selalu baik dan sesuai standar. Sertifikat belum tentu berdampak positif bagi perusahaan, tapi bisa terjadi sebaliknya, yaitu menjadi beban financial dan moral khususnya bagi perusahaan yang mengimplementasikan sistem manajemen kualitas ISO-9000 dengan motivasi tidak sehat, misal mengikuti trend dan hanya untuk mengejar prestise dan status. Kedua adalah Komitmen. Komitmen adalah kekuatan untuk maju, kekuatan untuk menggalang kerjasama dan partisipasi, kekuatan untuk mengubah kebiasaan dan pola kerja yang tidak baik. Yang terakhir adalah Sumber Daya Manusia. Pembinaan SDM sangat diperlukan. Pimpinan bertanggung jawab untuk memastikan semua karyawan siap menghadapi konsekuensi era sistem manajemen kualitas ISO-9000.
 Implementasi sertifikasi ISO-9000 pada dasarnya mempunyai manfaat pokok antara lain: meningkatkan efisiensi kerja, efektivitas kerja dan produktivitas, meningkatkan daya saing, adanya jaminan konsistensi terhadap kualitas produk, meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk, struktur kerja lebih jelas dan transparan, meningkatkan ketrampilan pegawai karena pembinaan SDM terpogram, lingkungan kerja lebih rapih dan bersih, dan dokumentasi lebih teliti. Manfaat tersebut merupakan akibat dari semakin baiknya manajemen dalam perusahaan. Sertifikasi ISO-9000 tidak mensyaratkan bentuk manajemen tertentu, yang dinilai adalah sistem yang jelas, bertanggung jawab, konsisten dan dapat dipercaya bagaimana sistem kualitas tersebut dikendalikan dan bagaimana komitmen mereka terhadap kualitas. Bag perusahaan yang akan masuk dalam pasar global, perhatian terhadp faktor-faktor seperti: harga yang kompetitif, dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen, sesuai dengan spesifikasi, jaminan pasokan dan beberapa persyaratan lainnya baik yang melekat pada produk maupun masalah legalisasi, dapat diantisipasi dengan mngimplementasikan  sertifikasi ISO-9000 lebih penting dari itu.
Sistem manajemen kualitas ISO 9000 memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem manajemen kualitas lainnya, antara lain: ISO-9000 sangat antisipatif, ketat dalam hal prosedur dan dokumentasi, progresif dalam audit dan tindakan koreksi serta dilengkapi dengan sertifikat, sangat adaptif untuk diaplikasikan di berbagai macam organisasi, dan sangat informatif, mudah dipahami dan telah dijadikan sistem manajemen kualitas standar internasional. Namun demikian, ISO mencatat “Perhatian terhadap sertifikasi sering kali menutupi fakta bahwa terdapat banyak sekali bagian dalam kumpulan standar ISO 9000. Suatu organisasi akan meraup keuntungan penuh ketika standar-standar baru diintegrasikan dengan standar-standar yang lain sehingga seluruh bagian ISO 9000 dapat diimplementasikan. Sebagai catatan, ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003 telah diintegrasikan menjadi ISO 9001. Kebanyakan, sebuah organisasi yang mengumumkan bahwa dirinya “ISO 9000 Registered” biasanya merujuk pada ISO 9001.
Sebuah lembaga tentu saja dapat merencanakan sistem jaminan mutunya sendiri. BS5750/ISO9000 tidak serta merta lebih baik dari standar yang direncanakan secara internal. Satu-satunya keuntungan BS5750/ISO9000 adalah kepemilikan mereka terhadap validitas dan pengakuan eksternal. Banyak institusi multi-nasional yang menentukan standar yang jauh lebih teliti dalam institusi mereka. Mislanya Ford memiliki standar Q-101, dan Nissan memiliki Nissan Way.[28]
Apabila sistem mutu disesuaikan dengan BS5750/ISO9000, maka seluruh aktivitas produksi barang atau layanan memerlukan prosedur yang terdokumentasikan.[29] Sebagai contoh, pendidikan memerlukan pendokumentasian setiap aktivitas menyangkut penyampaian programnya, termasuk seleksi, wawancara, induksi, disiplin, penilaian, catatan prestasi, nasihat, bimbingan, dan seterusnya.
BS5750 dan ISO9000 menetapkan sebuah disiplin bagi mereka yang siap menggunakannya. Melaksanakan sebuah sistem memang merupakan sebuah sistem membutuhkan investasi sumberdaya dan waktu para staf. Setiap orang perlu memahami implikasi ssitem tersebut dan menjalankan prosedur yang telah ditetapkan.
Berikut adalah tabel BS5750/ISO9000, sebuah terjemahan untuk pendidikan[30].
Beberapa syarat utama BS5750/ISO9000
Terjemahan untuk
Pendidikan
1.    Tanggung jawab manajemen
Komitmen manajemen terhadap mutu
2.    Sistem mutu
Sistem mutu
3.    Kontrak
Kontrak dengan pelanggan internal dan eksternal (hak pelajara dan hak pelanggan eksternal, seperti orang tua)
4.    Kontrol Dokumen
Kontrol dokumen
5.    Pengadaan bahan
Kebijakan seleksi/ujian masuk
6.    Persediaan produk
Layanan pendukung pelajar, yang mencakup kesejahteraan, konseling dan pengarahan tutorial.
7.    Identifikasi produk
Catatan kemajuan pelajar
8.    Kontrol proses
Pengembangan, desain dan penyampaian kurikulum, strategi-strategi pengajaran dan pembelajaran
9.    Inspeksi dan Tes
Peniliana dan tes
10.          Perlengkapan inspeksi, pengukuran, dan tes
Konsistensi metode penilaian
11.          Status inspeksi dan tes
Prosedur dan catatan penilaian yang mencakup catatan prestasi
12.          Kontrol terhadap produk yang tidak sesuai
Metode dan prosedur diagnostik untuk mengidentifikasi kegagalan dan kesalahan
13.          Tindakan perbaikan
Tindakan dan perbaikan terhadap kegagalan pelajar. Sistem mutu untuk mengahadapi komplain dan tuntutan
14.          Penanganan, pengamanan, pengepakan dan penyampaian
Fasilitas dan lingkungan fisik, bentuk tawaran lain, seperti fasilitas olah raga, kelompok-kelompok dan perkumpulan ekstra kurikuler, persatuan pelajar, fasilitas pembelajaran, dan lain-lain.
15.          Catatan mutu
Catatan mutu
16.          Audit mutu internal
Prosedur-prosedur pengesahan dan audit mutu internal
17.          Pelatihan
Pelatihan dan pengembangan staf, mencakup prosedur-prosedur untuk menilai kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan evaluasi efektivitas pelatihan.
18.          Teknik-teknik statistik
Metode-metode review, monitoring dan evaluasi.

a.    Hubungan Standar Mutu dengan Pendidikan
Proses globalisasi nampaknya tidak dapat diabaikan oleh setiap masyarakat dan bangsa di dunia ini. Globalisasi merupakan kenyataan hidup bahkan suatu kesadaran baru bagi setiap manusia di bumi ini. Sebagian pakar telah melihat betapa besar impact yang disebabkan oleh pengaruh global ini sebagai suatu global revolution. Globalisasi telah menimbulkan gaya hidup baru yang tampak dengan jelas di kota-kota besar dan semakin merebak memasuki kehidupan-kehidupan yang dulunya terisolasi.
Kemajuan teknologi pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Sebagai contoh; banyak sekolah di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah-sekolah yang dikenal dengan bilingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib di sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan yang mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.[31]
Mutu pendidikan yang diinginkan tidak akan terjadi begitu saja. Mutu yang diinginkan tersebut harus direncanakan. Mutu perlu menjadi sebuah bagian  penting dalam strategi  sebuah institusi dan untuk meraihnya wajib menggunakan pendekatan yang sistematis dengan menggunakan proses perencanaan yang matang.
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.[32]
Manajemen kualitas berkaitan dengan seluruh kegiatan manajemen dalam rangka mengelola kualitas. Dalam perkembangannya dewasa ini manajemen kualitas telah banyak diterapkan dalam seluruh aspek dari suatu organisasi, sehingga pengelolaan kualitas bersifat total dan terpadu. Oleh karena itu, TQM (Total Quality Management) telah menjadi sistem manajemen yang berkaitan dengan upaya untuk terus meningkatkan kualitas dalam berbagai tahap. Agar efektif, institusi memerlukan proses untuk mengembangkan strategi mutunya, yang mencakup misi yang jelas dan distingtif, fokus pelanggan yang jelas, strategi untuk mencapai misi, keterlibatan seluruh pelanggan, pemberdayaan staf, dan evaluasi efektifitas institusi dalam mencapai tujuan. Untuk itu, ada langkah-langkah yang dapat diikuti sebagai berikut:
1.        Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari atas.
2.        Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM.
3.        Menunjuk fasilitator mutu.
4.        Membentuk kelompok pengendali mutu.
5.        Menunjuk koordinator mutu.
6.        Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program.
7.        Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada.
8.        Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain.
9.        Mempekerjakan konsultan eksternal.
10.    Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf.
11.    Mengkomunikasikan pesan mutu.
12.    Mengukur biaya mutu.
13.    Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif.
14.    Mengevaluasi program dalam interval yang teratur.
Sebuah institusi dapat memutuskan untuk mengawali inisiatif TQM-nya dengan langkah-langkah penting seperti mengetahui apa yang dikerjakan, mempertanyakan metode dan prosedur, mendokumentasikan yang ingin dikerjakan, mengerjakan apa yang dikatakan, dan memberikan bukti bahwa apa yang seharusnya dikerjakan sudah dikerjakan. Sistem jaminan mutu pendidikan harus mencakup elemen-elemen seperti pengembangan institusi atau perencanaan strategis, kebijakan mutu, tanggung jawab  manajemen, organisasi mutu, pemasaran dan publisitas, penyelidikan dan pengakuan, induksi, penyediaan kurikulum, bimbingan dan penyuluhan sebelum wisuda, manajemen pembelajaran, rancangan kurikulum, rekruitmen dan pengembangan, kesempatan yang sama, pengawasan dan evaluasi, susunan administratif, dan tinjauan ulang institusional.
Tidak ada institusi yang dapat memperoleh TQM dengan cara yang mudah, TQM harus dibiasakan sehingga harmonis dengan kultur yang ada. Mutu sudah ada dalam institusi pendidikan, TQM hanya membangun mutu yang sudah ada dan mengembangkannya secara terus menerus.




[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/standar,  tanggal 5 Oktober 2015
[2] Wikipedia Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Standar, tanggal 5 Oktober 2015.
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/kualitas,  tanggal 5 Oktober 2015
[4] Wikipedia Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas, tanggal 5 Oktober 2015.
[5] H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional; Suatu Tinjauan Kritis (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , hlm. 36.
[6] H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan... , hlm. 37.
[7] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 226
[8] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan..., hlm. 227.
[9] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/global, tanggal 5 Oktober 2015.
[10] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online) diakses melalui http://kbbi.web.id/internasioanl,  tanggal 5 Oktober 2015
[11] Edward Sallis, Total Quality Management in Education; Manajemen Mutu Pendidikan (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), hlm. 122.
[12] H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan... , hlm. 38.
[13] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 298.
[14]  Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm.  298.
[15]  Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm.  299.
[16] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm.  299.
[17]  Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 299.
[18] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 299.
[19] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 300.
[20] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 300
[21] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 300.
[22] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 300.
[23]  Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 301.
[24] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 301.
[25] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 301.
[26] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 301.
[27] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan..., hlm. 302.
[28] Edward Sallis, Total Quality..., hlm. 123.
[29] Edward Sallis, Total Quality..., hlm. 124.
[30] Edward Sallis, Total Quality..., hlm. 129.
[31] Ali Idrus, Manajemen Pendidikan Global; Visi, Aksi, dan Adaptasi (Jakarat: GP Press, 2009), hlm. 47.
[32] Rohiat, Manajemen sekolah; Teori Dasar dan Praktik (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 52. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar